A. PENDAHULUAN
Dinasti bani umayyah adalah sebuah rezim pemerintahan Islam yang berada di bawah kekuasaan keluarga umayyah yang berlangasung dari tahun 661 sampai dengan tahun 750 M. Pendiri dinasti ini adalah Muawiyah (661-680), putra Abu Sufyan yang pernah menentang Rasulullah SAW, tetapi kemudian masuk Islam setelah kota Mekah ditakhlukkan oleh pasukan Islam dari Madinah. Pada mulanya, Muawiyah adalah gubernur Syria yang berkedudukan di Damaskus. Ia memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, hingga Ali wafat dibunuh oleh orang Khawarij.
Pengikut Ali kemudian mengangkat Hasan, putra sulung Ali bin Abi Thalib,
sebagai khalifah baru, tetapi hasan tidak ingin berkonflik dengan
Muawiyah, lalu mengikat perjanjian damai dengan pihak Muawiyah yang pada
akhirnya Muawiyah menjadi penguasa tunggal masyarakat Muslim waktu itu.
Keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang biasa, tatapi kaum
Umayyah terus memburunya dan pada akhirnya hasan wafat karena diracun.
Muawiyah Ibn Abi Sufyan memindahkan ibukota Negara deri Madinah ke
Damaskus, Syria, tempat ia berkuasa tatkala menjadi gubernur. Ia juga
mengganti system pemerintahan dari system demokrasi ke system monarki. )
Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan
bersifat feodal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun).
Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter,
adanya unsure kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta
hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah. Umayyah berkuasa kurang
lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada
bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu
tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek
teknologinya. )
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri. Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter.
B. PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri. Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter.
B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Pada Masa Bani Umayyah
Pada zaman ini masjid menjadi semacam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-ilmu agama. Seorang ustadz duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan pelajarannya. Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran berbeda-beda. Kadang pula ustadz menggunakan rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau gedung khusus sebagai tempat belajar.
Pada
masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi,. Kajian
ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah,
Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan
Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara
ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi
atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni
rupa, maupun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a. Belajar membaca dan menulis
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang
diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadis dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadis dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1) Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Hadist,
dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2) Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala
ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid
ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
Pada zaman bani
Umayyah gerakan sejarah menghasilkan tarikh yang terbagi dalam dua
bidang besar :
1. Tarikh Islam, yaitu tarikh kaum muslimin
dengan segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-pemimpin mereka.
Sumber tarikh dalam bidang ini adalah dari amal perbuatan mereka
sendiri.
2. Tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa
lain yang dipelajari dan disalin dengan sungguh-sungguh sejan zaman bani
Umayyah. Hal ini karena kholifah mereka termasuk orang-orang yang
paling gemar untuk mengetahui orang-orang ternama dari tarikh bangsa
lain.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu
segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, shorof, dan lain-lain.
Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur'an.Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang, yaitu Abu Aswad Ad-Dualy . Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Nahwu.
Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur'an.Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang, yaitu Abu Aswad Ad-Dualy . Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Nahwu.
4. Bidang filsafat
Filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam. Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan.
Filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam. Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan.
5. Ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa Asing
ke dalam bahasa Arab dan di sempurnakan untuk kepentingan keilmuan umat
Islam dikelompokan dalam Al-Ulumud Dakhilah yang terdiri dari :
Ø Ilmu Kimia. Khalifah Yazid bin Yazid bin
Mua'wiyah adalah yang menyuruh penerjemahannya ke dalam bahsa
Arab.Beliau mendatangkan beberapa orang Romawi yang bermukim di Mesir,
di antaranya Maryanis seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia.
Penerjemahan ke dalam bahasa Arab dilakukan oleh Isthafun.
Ø Ilmu Bintang. Masih dalam masa Kholid bin
Walid, beliau sangat menggemari ilmu ini sehingga dikeluarkan sejumlah
uang untuk mempelajari dan membeli alat-alatnya. Karena gemarnya setiap
akan pergi ke medan perang selalu dibawanya ahli ilmu bintang.
Ø Ilmu Kedokteran. Penduduk Syam di jaman
ini telah banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa Arab seperti
ilmu-ilmu kedokteran, mislanya karanganm Qis Ahrun dalam bahasa Suryani
yang disalin ke dalam bahasa Arab oleh Masajuwaihi.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara. )
Madrasah/Universitas Pada Masa Bani Umayyah
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara. )
Madrasah/Universitas Pada Masa Bani Umayyah
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut:Di kota Mekkah dan Madinah (HIjaz). Di kota Basrah dan Kufah (Irak). Di kota Damsyik dan Palestina (Syam). Di kota Fistat (Mesir).
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
a. Madrasah Mekkah: Guru pertama yang
mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin
Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram
dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin
Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana di Masjidil Haram. Ia
mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan
madrasah Mekkah, yang termasyur seluruh negeri Islam.
b. Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih
termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal
sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama
terkemuka
c. Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang
termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu
Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an.
Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry
sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli
tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada
pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan
kisah-kisah di masjid Basrah.
d. Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di
Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad,
Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka
itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah.
Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru
di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud.
Bahkan mereka pergi ke Madinah.
e. Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri
Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak
memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah.
Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy
yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya
tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian
mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
f. Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir
menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang
mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As,
yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang
sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya
dari Nabi S.A.W., melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan,
sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada
murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan
hadis-hadis dari padanya.
Pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain ( Rihlah Ilmiyah) untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam. )
3. Tokoh-Tokoh Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
Pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain ( Rihlah Ilmiyah) untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam. )
3. Tokoh-Tokoh Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
a. Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu:
Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin
Al-Ajda’, Qatadah.
Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat,karena banyak orang-orang yahudi dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij
Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat,karena banyak orang-orang yahudi dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij
b. Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan
satu-satunya ialah al-Qur’an. Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan.
Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke
mulut muridnya, yaitu dari hafalan guru diberikannya kepada murid,
sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya. Sebagian
sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat hadist-hadist itu dalam
buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku menurut istillah kita
sekarang.
Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)
Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist)
c. Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama
tabi’in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin
Al-Harits, ‘alqamah bin Qais, Masuruq Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid.
Kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu Hanafiah.
Kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu Hanafiah.
d. Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa
seperti Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam
soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab
jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami
kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu
Rabiah (w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang
dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir (w.792),
dan Al akhtal (w.710).
Sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 79\04/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia. )
C. ANALISIS
Nilai-nilai yang masih actual dan up to date untuk diaplikasikan pada system pendidikan saat ini adalah :
a.Adanya TPA yang didirikan atau diadakan dirumah ustadz/h TPA yang mengajar
b. Adanya pertukaran pelajar sehingga tidak hanya belajar pada satu lembaga.
c. Adanya madrasah-madrasah pendidikan di pusat-pusat kota sebagai sarana pendidikan.
d. Penyediaan sarana prasarana pendidikan dari pemerintah sebagai fasilitas yang mendukung kemajuan pendidikan serta agar para guru melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta melakukan kaderisasi ilmu.
e. Penerjemahan buku-buku atau ilmu-ilmu dari bahasa asing ke bahasa nasional dan disempurnakan untuk kepentingan keilmuan islam.
Sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 79\04/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia. )
C. ANALISIS
Nilai-nilai yang masih actual dan up to date untuk diaplikasikan pada system pendidikan saat ini adalah :
a.Adanya TPA yang didirikan atau diadakan dirumah ustadz/h TPA yang mengajar
b. Adanya pertukaran pelajar sehingga tidak hanya belajar pada satu lembaga.
c. Adanya madrasah-madrasah pendidikan di pusat-pusat kota sebagai sarana pendidikan.
d. Penyediaan sarana prasarana pendidikan dari pemerintah sebagai fasilitas yang mendukung kemajuan pendidikan serta agar para guru melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta melakukan kaderisasi ilmu.
e. Penerjemahan buku-buku atau ilmu-ilmu dari bahasa asing ke bahasa nasional dan disempurnakan untuk kepentingan keilmuan islam.
KESIMPULAN
Dari pembahasan dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan
bersifat desentralisasi,. Kajian ilmu yang ada pada periode ini
berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan
beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan
Palestina (Syam), Fistat (Mesir).
2. Pada masa Umayyah telah ada tingkat
pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah
Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal
Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an
mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri
dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya
belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama
yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
3. Pemerintah dinasti Umayyah menaruh
perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu.
4. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada
sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah
sendiri. Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu
pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah
yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang
cenderung otoriter.
REFERENSI
http://fadhilmunawwarmanshur.blogspot.com
http://jackbana.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-bani-umayyah.html
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1752
trimakasih atas penjelsannya :)
BalasHapusChamida,, ia sama2,,mkasih jg y,,telah mampir di blognya..,,salam ukhwah...
Hapus